January 09, 2008

5 dan 6 January kemarin...

2 hari berturut – turut ini saya mengadiri sebuah acara yang sangat bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Sabtu tgl 5 januari 2008 saya dibangunkan paksa oleh salah satu temen kost saya yang memberitakan ayah dari salah satu temen kost kami meninggal karena terjatuh dan pembuluh darahnya pecah. Kepergian ayah santi ini tanpa sakit terlebih dahulu yang berarti kematian beliau begitu mendadak (Turut Berduka Cita ya Santi..).
Segera kami bersiap melayat dan menghadiri prosesi pemakaman beliau, dan hanya berbekal petunjuk menuju kediaman santi, kami berlima mencoba mraba daerah pekayon yang sebelumnya belum pernah kami kunjungi. Sesampainya kami di gang yang menuju ke ruma santi, santi sudah mengahmbur ke pelukan kami dengan tangisan yang membuat ulu hati kami semua ngilu…kami hanya terdiam, masing-masing menahan untuk tidak ikut menitikkan airmata..tapi akhirnya pecah juga tangis diantara beberapa dari kami.
Banyak pelayat yang sudah datang di rumah santi, dari teman kerja, teman kuliah (santi kebetulan melanjutkan kuliahnya untuk meraih gelar sarjana akuntansi sambil bekerja), saudara, tetangga, dan kerabat sudah memenuhi tenda yang didirikan mungkin dari semalam. Aura yang kami dapati adalah aura sedih dan tangis, ditambah suasana hujan rintik dan dominasi baju yang berwarna hitam dari pelayat – pelayat yang datang, rasanya sangat tidak masuk akal jika disitu ada suara tawa.
Jenazah ayah santi sudah di mandikan, dan akan dikafani, ketika kemudian santi dan seluruh anggota keluarga inti (ibu santi, adik dan kakaknya) dipanggil kembai ke rumah untuk terakhir kalinya melihat wajah ayahnya sebelum dikafani. Kami ikut masuk ke dalam rumah untuk melihat muka beliau untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Muka beliau telah di beri taburan pewangi, seluruh tubuhnya sudah dibalut dengan kain kafan kecuali bagian muka. Di depan saya, santi berpelukan erat dengan ibunya ketika sama – sama memandangi muka orang tercinta yg juga kepala kelaurga mereka untuk yang terakhir kalinya. Seolah saling menguatkan mereka berpelukan sangat erat, sampai saya melihat kuku jari santi memucat. Kami semua terdiam, ikut larut dalam suasana haru tersebut, sekitar 10 menit kami terdiam dan sama2 memperhatikan sampai kemudian penguru jenazah bertanya “sudah cukup?”, dengan anggukan lemah santi dan ibunya mengiyakan, dan setelah muka jenazah ditutup ain kafan, ibu santi terkulai lemas, tidak sadarkan diri, mungkin beban ketabahan yangmencoba ia kuatkan dari semalam sampai di titik kulminasi pada saat dia sadar bahwa saat itulah saat terakhir dia melihat orang yg sangat dia cintai seumur hidupnya.
Sampai dengan 1 jam kemudian, prosesi pemakaman di TPU Pondok Kelapa masih berlangsung, ketika kami sampai di sana, liang lahat beserta tenda sudah terpasang. Dan enazah mulai diturunkan. Sani dan sang bunda kembali saling memeluk menguatkan ketika melihat jenazah diturunkan, dan sampai dengan mulai di urug dengan tanah, lapis demi lapis. Pada saat itulah, ketabahan yang santi sajikan ke kami dari kami datang pagi tadi luluh, dia merosot dari pelukan sang ibu, dan terkulai ditanah merah..santi pingsan…
Kami usung santi k salah satu mobil kerabatnya, dan akibatnya dia tidak bisa mengikuti prosesi doa di pemakaman tersebut, karena lemas..Tabah ya San…
Pulang dari melayat,sepanjang jalan, masih terbayang dengan jelas..ucap terima kasih yg lirih dari ibu santi ketika kami mengungkapkan duka cita yang dalam atas kepergian kepala keluarga mereka, badan ibu santi panas, demikian juga dengan badan santi saat kami pamitan dan memeluknya, kami ingin memberi sebuah kekuatan untuk santi dan keluarganya atas musibah besar yang mendadak tersebut, kami yakin mereka tidak siap dengan kondisi tersebut, tapi maut tidak pernah memilih waktu dan sasaran bukan?? Kami hanya berharap santi dan keluarganya diberi ketabahan dan arwah sang ayah dapat diterima disisiNya..

Dan kondisi sarat dengan duka itu berbalik 180 derajat diesokan harinya, saya menghadiri pernikahan rekan kerja saya sewaktu di astra. dengan sedikit tergesa-gesa, karena 2 sahabat laki-laki saya tidak menjemput saya di kost, tapi ketemu di UKI (pesta berlangsung di kediaman mbak lastri di daerah cibitung), andri membawa mobil dengan kecepatan diatas 100 km/jam menembus tol..karena memang undangan pernikahan dari pukul 12.00 sampai 16.00, dan mereka berdua baru berganti baju batik pada saat mobil sudah terparkir di halaman rumah mempelai, berganti baju di dalam mobil, merapikan rambut dengan air mineral gelasan yang beli di jalan (lupa bawa minyak rambut :( ) untunglah, setidaknya mereka sudah mandi dan pakai parfum hehehehehehe....
Sesampai kami di acara resepsi, semua aura menjadi sangat penuh dengan suka ria, semua tamu mengenakan baju terbaiknya. Dengan dandanan istimewa, bau parfum semerbak, hiasan dan rangkaian bunga yang sangat indah dan lampion cantik di tenda besar serta berlimpahnya makanan penggugah selera di meja2 hidangan (saya kelupaan makan es krim coklat..dan kayaknya baksonya dari jeroan deh…duuhh...) Para tamu yang datang, semuanya tersenyum, saling menyapa gembira, bersalaman dengan tatapan bahagia…apalagi ketika melihat kedua mempelai bersanding, rasanya mereka berhak mengklaim bahwa pada hari itu merekalah orang yang paling bahagia di muka bumi ini ;p, dengan balutan kebaya merah marun dan jilbab yang berhias wangi bunga melati, temen saya terlihat bagai bidadari, dan kalo bahasa salah satu temen laki-laki yang hadir pada saat itu, “dia terlihat lebih muda dari usianya ya?” hahahahahahaha….tapi dia bener kok…setidaknya rekan saya itu memang terlihat sangat cantik di balutan baju pengantinnya..Mbak Lastri, Happy Wedding, semoga diberi kebahagiaan pernikahan hingga di ujung usia nanti..amiinnnn
2 hari ini, saya melihat dua suasana yang saling bertolak belakang, suasana dengan larat belakang 2 emosi dasar manusia yang sangat drastic, sedih dan senang..dan terasa sangat kontras suasana di keduanya. Karena saya termasuk orang yg mudah terbawa suasana dan emosi, saya pun dengan sangat cepat terlarut dalam suasana tersebut, masing2, dengan tangisan dan tawa. Saya dan sahabat – sahabat saya datang memang hanya sebagai pelengkap suasana, dengan penyesuaian kami, kami hanya butuh 1 – 3 jam untuk ikut merasakan apa yang telah terjadi, bahagia..kami ikut merasa bahagia, dan saat duka, kami juga terlarut dalam tangis.. tapi tetap, yang akan menjalani kelanjutan dari kebahagiaan pada hari minggu kemarin adalah mbak lastri dan mas mirza atau kelangsungan hidup yang harus dilanjutkan tanpa kehadiran kepala rumah tangga lagi yang harus, mau tidak mau dijalanai oleh santi dan keluarganya..saya hanya satu komponen yang hanya bisa turut mendoakan..untuk yang terbaik, bagi mereka 2 orang sahabat. yang juga melengkapi kisah hidup saya, dan yang mengisi lembaran cerita di memori kehidupan saya.

Harapan terbesar di 2008

Saya punya sebuah komunitas baru…komunitas yang isinya tentu saja orang2 yang sama dengan saya. Komunitas – komunitas saya sebelumnya adalah komunitas tempat saya menimba ilmu, pengetahuan baru, dan segala hal yang berbau dengan dunia pergerakan, sosialis humanis dan semacamnya lah.atau kalau tidak komunitas yang berhubungan dengan organ structural dan profit..
Namun, komunitas saya yang baru ini berbeda dengan sebelumnya..tapi, disini saya tidak hanya belaja tenatang segala sesuatu yang belum pernah saya pelajari, tapi juga komunitas ini tempat saya merefleksikan tentang arti hidup saya selama ini..
Komunitas ini tidak dikoordinir oleh orang – orang tertentu..karena kami adalah komunitas orang sakit yang sedang berobat di suatu tempat pengobatan alternative…
Saya banyak mengenal orang baru di komunitas ini, tanpa pernah tahu seuk beluk hidup dan kehidupan satu sama lain, kami saling menyapa, saling menanyakan penyakit satu dengan lainnya, dari sekedar berbasa basi, sampai akhirnya kami mulai saling cerita perjuangan kami menghadapi vonis dokter atas penyakit kami, satu dengan yang lainnya.
Mau tidak mau saya mulai membuka mata hati saya yang selama ini banyak tertutup oleh makian ke diri sendiri dan keluhan2 setiap saat penyakit ini menyerang. Saya terlalu banyak mengeluh, terlalu banyak menangis, terlalu banyak berpikir pesimis..kalau bahasa abang, terlalu banyak memikirkan segala sesuatunya dari sisi yang terburuk, tidak pernah mau berpikir dan menyadari ada sisi baik dibalik semuanya..atau menghargai sisi lain yang telah terjadi dengan seimbang..hehehe..bener juga…
Mungkin dari sosok mbak lia dari sukabumi, mbak nisa dari Surabaya, ibu Juariyah dari lampung, adik Farel dari bandung, atau ratusan ibu, bapak, dan adik serta rekan dari seluruh pelosok jawa dan Indonesia. Dan kami semua sakit, berbagai macam penyakit dari stadium satu sampai dengan paling parah tergabung dalam komunitas tersebut.
Seperti mbak lia, seorang karyawan pabrik tekstil di sukabumi, terpaksa harus berhenti bekerja karena terkena penyakit miom, setiap 2 bulan sekali, mbak lia terpaksa harus di transfuse darah karena setiap haid selalu terkena pendarahan besar, akibatnya badannya kurus dan pucat, apalagi untuk bekerja 8 jam sehari, untuk sekedar naik mobl dengan goncanganpun, mbak lia mengaduh kesakitan, dari sukabumi subuh hari dan baru sampai ke Jakarta jam 10 pagi. Dengan harapan besar akan sembuh disini, karena sudah pasrah dengan sakitnya, namun masih dengan ketakutan akan kemungkinan terbebani dengan biaya yang cukup besar. Dari sekian jam berbagi cerita dengan mbak lia, saya ikut bersyukur dia sudah mempunyai seorang suami yang terlihat saying sama dia. Dengan memberikan tepukan ringan dan lembut di punggung tangannya sambil tersenyum menenangkan setiap mbak lia berkata tentang kekhawatirannya akan biaya perawatan..Syukurlah Tuhan, Kau beri mbak lia seoang suami yang sangat peduli akan keadaannya, terima kasih…
Atau cerita mbak nisa dari Surabaya, kebetulan dia kena kista sama seperti saya juga, hanya diameternya lebih besar dari saya 11,7 cm dan tidak berani di operasi seperti saya, bukan karena ketidakmampuan biaya, tapi karena bosnya tidak pernah mengijinkan dia tidak bekerja untuk waktu yang lama, apalagi harus 2 minggu tidak bekerja untuk operasi dan recovery, tidak masuk 1 hari saja telp terus menerus berdering…sehingga dia lbh memilih pengobatan alternative yang mungkin bisa lebih cepat, dari Surabaya, mbak nisa ini menggunakan kereta malam bersama dengan ibunya, sampai pagi hari langsung ke duren sawit dan pulang kembali ke Surabaya malam harinya jam 8 karena tidak ada saudara tempat menginap dan ketika saya tawarkan untuk beristirahat sebentar di kos saya mereka menolak, dengan alas an harus kejar jadwal kereta karena tiket sudah dipesan, bisa dibayangkan betapa lelahnya dia, padahal penyakit kami tidak diperbolehkan terlalu lelah. Syukurlah, pengobatan yang dbutuhkan hanya 2 kali terapi dan mereka tidak harus membelanjakan banyak biaya untuk bolak – balik Surabaya–Jakarta, syukurlah…
Dan cerita lain yang sempet saya dengarkan adalah cerita ibu Juariyah dari Lampung, sebenarnya saya tidak mendengarnya langsung dari beliau karena ibu juariyah sudah sangat lunglai meskipun hanya untuk sekedar bercerita, dia hanya terbaring lemah dengan tatapan mata yang kosong, tapi saya dapat cerita beliau dari adik kandungnya, ibu Ruayah, yang tinggal di Cibitung. Ibu Juariyah menderita komplikasi diabetes dan kanker rahim, pas saya Tanya stadium berapa,adiknya menjawab ndak tau mbak, wong setelah periksa ke dokter sudah harus dioperasi, hanya kakak saya ndak berani… , dengan logat jawanya yang kentel, ibu ruayah ini bercerita ke saya (ternyata mereka adalah keluarga transmigran dari solo)..Operasi yang seharusnya sudah dilakukan sejak 2 tahun yang lalu ini, tidak kunjung dilaksanakan karena banyak hal, alasan pertama dan paling tama adalah komplikasi diabetesnya yang tidak memungkinkan ibu juariyah dioperasi, jadi harus diturunkan dulu gula darahnya sebelum operasi, dan alasan kedua tentu saja biaya..jadilah selain terapi ke dokter untuk diabetesnya, ibu jua ini melakukan terapi alternative untuk kanker rahimnya. Pas saya Tanya sebabnya, adiknya menjawab, karena (yg di crosschekkan dengan keterangan dokter adalaha ibu jua ini menikah di usia 13 tahun!!), dan sering di kuret akibat dulu sering keguguran..jadinya mungkin rahimnya gak bersih. Dan akibatnya karena komplikasi ini, si ibu jua makanannya harus diatur sedemikian rupa, tidak boleh makan nasi mbak, hanya makan kentang dan obat… tiap jeda 2 jam dia minum obat yang berbeda, 2 jam pertama dari alternative buat kanker rahimnya, trus makan kentang lagi 2 gigitan, selisih 2 jam berikutnya obat diabetes dari dokternya…Ya Allah..gimana rasanya??? Dan adiknya kembali menuturkan, kami sudah berobat kemana2 mbak, ke banyak ustadz, ada yang minta smp 6 juta, padahal cuman dikasih minyak saja, mana bukanya jam 11 malam, jadi harus naik ojeg soalnya kan angkot udah pd gak ada mbak, sekali ngojeg 1 motor bayarnya 40 ribu, kalo 2 motor 80 ribu, itu sekali PP aja mbak, belum seminggu harus berapa kali…dan kayaknya kakak saya ini tambah berat penyakitnya karena ninggalin anak bungsunya dilampung yang usianya masih 9 tahun….dia udah punya 4 cucu loh mbak….(4 cucu dan anak terakhir 9 tahun….pasti lelah sekali…perempuan yang hebat!!)..Syukurlah, dia ada adik di Jakarta, Setidaknya dia bisa rutin berobat tanpa harus berpikir bagaimana akomodasinya untuk menginap dllnya..
Adalagi adik Farel yang usianya masih 7 tahun, dengan kelainan bocor pada katup di Jantungnya..pada saat diterapi dia hanya menangis sesegukan sambil memeluk erat ibunya, sangkin sakitnya mungkin, dia merintih bolak – balik bilang …”ibu, farel mau pulang …”, trenyuh sekali saya melihatnya..anak seusia dia yang seharusnya masih lincah bermain kemana – mana sudah mempunyai kelainan dari lahir, akibatnya badannya kurus dan layu, tidak ceria seagaimana layaknya anak seusia dia Pada saat saya tanyakan ke ibunya, karena adik farel ini terlihat sangat pendiam dan terlihat sangat tdk ekspresif, ibunya bilang..”dia emang jarang nangis mbak, kalau jantungnya lagi sakit, dia hanya merintih dan minta dipeluk..jarang banget nangis…” Subhanallah..tegar sekali..anak sekecil itu, serapuh itu…Hebat!!!!
Dan dari mereka semua, saya kembali ke diri saya….saya malu….saya sangat malu…apa yang saya derita belumlah sebanding dengan mereka, apa yang saya alami, belumlah ke dahsyat mereka..saya belumlah apa – apa dibanding perjuangan mereka untuk tetap bertahan hidup..tapi saya sudah limbung, saya sudah terlalu banyak memaki, mengutuk dan menyalahkan apa yang menimpa saya sehingga saya sudah sedemikian cepat mengubur impian – impian saya sendiri…saya sudah menjadi sosok yang putus asa, yang kalah…SAYA MALU…
Di sekeliling saya, pada saat saya berada di komunitas itu adalah cerita – cerita cobaan dan derita manusia yang sesungguhnya..yang sangat bisa terlihat dengan mata telanjang..orang – orang yg tidak berdaya, yang jalan dengan tertatih dan muka pucat..yg mengerang kesakitan, yang hanya bisa berucap istighfar ribuan kali ketika mereka tidak berdaya melawan kesakitan pada tubuhnya….tapi..dari komunitas tersebut saya menemukan arti pentingnya sebuah perjuangan dan harapan untuk terus bertahan hidup, sekecil apapun, harus tetap dipupuk dan diperjuangkan….meskipun itu sangat tidak mudah..
Saya belajar banyak dari komunitas ini, saya belajar sangat banyak dari saudara – saudara saya disini, belajar tentang indahnya berbagi, meskipun hanya cerita yang kami bagi..indahnya saling membeikan motivasi dan semangat untuk terus berjuang..jika apa – apa yang dulu saya pelajari hanyalah sebatas motivasi untuk membuat semua kehidpan menjadi lebih baik, di komunitas ini saya yang baru ini, membuat hidup menjadi lebih baik adalah langkah selanjutnya setelah kami berjuang menyelamatkan nyawa kami, berjuang untuk terus bisa bernafas dan hidup…meski semuanya juga akan kembali ke Yang Berkuasa…tapi Tuhan…Saya berjanji…Tahun ini saya akan banyak menata diri saya lagi, saya akan menjadi orang yang seperti dulu, tidak hanya bisa memberikan energi positif untuk diri saya sendiri, tapi juga untuk orang – orang terdekat saya, seperti dulu…saya akan berubah..Saya berjanji Tuhan, saya akan menjadi seseorang yang tidak banyak mengeluh di tahun ini…Saya berjanji akan menerima segala sesuatunya dengan lapang dada, dengan tersenyum ceria, tanpa ada airmata lagi..dan kalaupun harus ada airmata yang terjatuh, biarlah itu saya tumpahkan di hadapanMu Tuhan, tidak di Hadapan Siapapun.. dan saya akan kembali merangkai impian – impian saya yang sempat saya kubur dalam – dalam…. Saya berjanji…
Special Thanks to: Mbak Lia, Mbak Nisa, Ibu Juariyah, adek farel dan Mamanya..Mudah2an kita tetep bersaudara ya..dan sama – sama sembuh dari sakit kita selama ini..Amiiiiiinnnnnnn